Friday, February 27, 2009

Jarot Prasetyono

Hari ini (26.02.2009), Jarot Prasetyono telah meninggalkan kita karena kecelakaan di Tongas Probolinggo.

Perkenalan resmi kita dengan Jarot adalah pada tahun 1988. kami biasa memanggilnya Deddy Mizwar, terkadang malah HB X karena kemiripannya atau malah terkadang dipanggil dengan panggilan sayang Jrot, Jumarot . Kita juga sering dibuat kagum dengan ide dan kecuekannya yang melebihi batas juga Strategi yang ampuh dan out of the box dalam memperoleh index prestasi yang membuat kita selalu mencoba menirunya.

Strategi Desa Mengepung Kota adalah strategi yang dilakukan pada saat Quiz. Dimana Joki akan dikepung oleh para Kuda demi perbaikan nilai. Mata kuliah-mata kuliah yang menjijikkan seperti Termodinamika, Dinamika, Mekanika Fluida, Kinematika, Perpindahan Panas, Mekanika Teknik terbukti aman dengan memakai strategi ini. Sementara itu tak puas dengan keberhasilannya, maka dia pun menerapkan Strategi Loncatan Jauh ke Depan, ketika para Joki dengan Index Prestasinya yang Setinggi Langit mengambil puluhan SKS, maka dia pun akan mengambil dan mengawal para joki tersebut, sedangkan mata kuliah yang amsyong akan diambil nanti setelah terdapat joki baru dari adik kelas.

Jarot juga dikenal sebagai organisatoris tangguh yang suka tidur di kampus, dan rumah kawan dekat kampus, dengan jaket hijau dan tas ransel nya maka pada saat dia datang mengetok pada malam untuk menginap selama dua atau tiga hari, yang pertama dilakukan adalah menebarkan rokok di tempat-tempat tersembunyi. Sehingga terlepas dari kewajiban share pad asaat malam ketika warung tutup dan uang habis. Pagi hari, biasanya atas inisiatifnya dia akan ke dapur, membuat kopi yang akan diminumnya sendiri di WC supaya juga lepas dari kewajiban Share.

Dalam permainan trump dia adalah lawan yang susah ditebak kartunya, dan pada ujian semester biasanya kami akan bermain trump untuk membalas dendam dan menikmati minggu tenang, yang jika meminjam kalimatnya:
“Pak Item capek-capek membuat soal, kita tipu dia, kita bermain kartu dan tidak usah belajar” sudah barang tentu pada pengumuman ujian kita juga ditipu mentah-mentah oleh Pak Item dan mendapat nilai D atau E.

Pernah pada suatu hari kami menunggu kuliah Mekanika Teknik, yang entah kenapa kelas kami yang kosong dan tak ada dosen, maka dosen kelas sebelah menghampiri dan bertanya: “siapa dosen kalian?” dengan santai jarot berkata: Dosennya Timoshenko Pak (sembari menunjukkan buku Mekanika – Timoshenko) dengan asisten Narko.

Sudah menjadi rahasia umum di kantin, untuk es campur, nasi goreng dan berbagai makanan mewah yang lainnya harus diludahi supaya tidak diambil kawan seperjuangan ketika kita harus meninggalkan kantin untuk ke kamar kecil atau lain hal. Maka pada suatu hari, kawan kita meludah di es campurnya, supaya tidak dimakan oleh Jarot, yang terjadi adalah jarot pun ikut meludah di es campur kawan kita sehingga mereka berdua sama-sama tidak bisa menikmati es campur. Keesokan harinya giliran jarot yang meninggalkan es campurnya maka acar ludah meludah pun terjadi, kawan kita yang masih dendam akan kejadian kemarin, ikut meludah juga. Maka yang terjadi adalah, dengan tenang Jarot membuang ludah-ludah yang ada di Es Campur dan menikmati es campurnya tanpa merasa bersalah.

Yang paling absurd adalah, dia mengaku menangis ketika menonton film Kramer vs. Kramer

Terakhir kami bertemu pada pertengahan 93, terakhir berbicara sebulan yang lalu tentang kunjungan lawatan ke Jakarta/surabaya, tapi ternyata hari ini dia tiada


Selamat Jalan!


Di depan KMS, Di Depan Kantor Gubernur, di depan rumah dengan Civic Merah 1975 yang bertuah dan Di parkiran Delta plaza





(Catatan: foto di atas diambil dari e-mail Rudi Julis, Kalau sempat aku scan dari negative di kamarku di Surabaya, siapa yang memotret tidak begitu jelas, biasanya tripod pinjaman dari Mat Sokem, Tapi yang jelas kameranya adalah Pentax KM)



(Jarot ketiga dari kanan, foto oleh Sokem sang pub dok abadi pada saat bhakti kampus 1990)

Wednesday, February 18, 2009

Satuan Pengamanan

Dahulu kala, obyek penderita dalam setiap apa saja adalah tukang becak. Entah kenapa tukang becak melambangkan segala kebodohan, misfit pada masyarakat, dan segala keanehan. Kosa kata tingkah laku becakan, guyon becakan, menunjukkan tingkah laku dan guyon yang tidak dapat diterima oleh tata karma budaya adi luhung.

Seperti misalnya guyonan di bawah:
Seorang tukang becak menerobos lampu merah, dan langsung dibentak oleh polisi: “dasar tukang becak goblok” ; dengan santai tukang becak menjawab: “kalau pinter aku kan jadi polisi pak”

Padahal kata tukang itu sebenarnya menunjukkan craftsmanship, syukur-syukur dalam craftsmanship nya dia bisa memasukkan unsur seni misalnya tukang mas, tukang patri dan lain-lain. Mengemudikan becak memang butuh kecakapan khusus, walaupun tidak pernah di akui sebagai Tanda Kecakapan Khusus (TKK) dalam pramuka, tetapi membuat becak meliuk-liuk di jalanan sempit dua arah dengan cara menggenjot dan steering dengan hanya mengandalkan kekuatan pergelangan tangan pada setiap ujung bar adalah suatu seni yang sukar untuk ditiru oleh para eksekutif Bike to Work yang akhir-akhir ini dengan sepedanya suka sekali mengambil jalur cepat/jalur mobil. Ditambah lagi suara bell becak yang bergema dan bernada rendah, serta letak dan bentuk rem becak yang eksotis membuat para tukang becak benar-benar undermined oleh bangsa sendiri.

Becak sebagai wakil kelas bawah yang illiterate dan tidak mengerti unggah-ungguh, tiba-tiba terdekonstruksi dan menjadi second worst sejak adanya pernyataan dari wakil becak yang menyatakan direksi pertamina itu adalah satpam


(1) Species becak yang dibicarakan di sini adalah becak kayuh (bisa doltrap tapi jarang memakai rem torpedo) dengan pengemudi di belakang

Tuesday, February 17, 2009

Sahabat Pena

Dahulu kala ketika masih kita masih kecil dan belum ada SMS, Wi-Fi, yahoo messenger, BB pin ID, bahkan ketika menelpon masih meminta sentral untuk menghubungi nomer (tiga angka) yang kita inginkan, sahabat pena adalah seseorang tempat kita bercerita tentang negeri asing, provinsi lain, adat istiadat dan hal-hal baru selain radio siaran luar negeri berbahasa Indonesia di gelombang pendek.

Setiap hari, kita menunggu opas pos yang melewati rumah dengan jam yang sama dan bertanya apakah ada surat atau kartu pos hari ini? Bahkan kadang opas pos yang merangkap khatib di mesjid kecil dekat kampung, mungkin karena bosan, setelah jam tugas masih berkata hari ini tidak ada surat, mungkin besok.

Lalu hari tanpa surat pun kita lalui sembari menyanyikan lagu Mr. Postman dari The Beatles supaya kita terasa orang paling kesepian di dunia sembari memikirkan bagaimana caranya membeli prangko dengan uang jajan yang pas-pasan.

Sabahat pena baik pria dan wanita pada waktu itu benar-benar mendapat tempat; semua majalah (anak-anak atau remaja) juga mempunyai kolom untuk sahabat pena.

Dengan semakin majunya teknologi, pos dan jasanya pun dilupakan, semua tidak perlu ‘waktu tunggu’ lagi untuk berkomunikasi. Opas pos langganan pun pensiun lalu kita lupa siapa opas pos baru, sepeda pos berganti dengan sepeda motor dua tak lalu kita melupakan bahwa opas pos, sepeda pos dengan kantung di boncengan belakang dan sahabat pena pernah ada dalam kehidupan kita.

Tapi sepertinya ada beberapa orang di dunia yang tak suka menerima surat di dunia ini, bahkan mengirim suratpun dianggap penghinaan karena tak sederajat, tak pernahkan orang-orang itu membayangkan betapa susahnya membuat surat, memastikan tidak ada salah ketik atau coretan, memastikan bahwa alamat si pengirim benar dan mengharapkan jawaban.

Yang tidak dapat dimengerti adalah perasaan tidak sederajat dan terhina hanya karena menerima surat, apakah ini karena si penerima surat tidak mempunya kemampuan yang seimbang dalam hal membuat surat dengan si pengirim atau si penerima surat adalah person yang lebih mementingkan budaya bicara ketimbang tulis sehingga menganggap tak sederajat dan tersinggung karena rendah diri akibat kemampuan baca tulis yang berada di bawah rata-rata?

Padahal penyelesaiannya sederhana saja, mendapat surat? Balaslah surat itu!

Friday, February 13, 2009

There are no facts, only interpretation

Cerita lama, cerita ini sebenarnya saduran dari cerita berbahasa inggris, tapi ada baiknya ditulis ulang karena isinya masih actual dengan kondisi sekarang.

Alkisah seorang Wakil Rakyat mengalami ban kempes di depan rumah sakit jiwa, sayang nya dia ketika itu sedang berkendara sendirian serta jauh dari konstituennya, maka benar-benar all by my self untuk mengganti bannya yang kempes.

Setelah mengganti bannya yang kempes tiba-tiba dia sadar nuts pengencang roda nya hilang menggelinding entah ke mana. Dalam keputus asaan nya mencari taxi untuk pergi ke bengkel, tiba-tiba seorang pasien rumah sakit jiwa yang memperhatikan sang wakil rakyat sejak tadi berseru:

“ pak, ambil nut 1 buah dari setiap ban, lalu pasangkan ke ban yang baru diganti, jalankan mobil perlahan-lahan ke bengkel dan beli nut baru untuk mengganti nut yang kurang”

Sang wakil rakyatpun terkejut dan berseru: “kamu ini cerdas kok sampai bisa masuk rumah sakit jiwa?”

Dengan santai sang pasienpun berkata: “ Pak, saya di sini karena gila, bukan karena saya bodoh”